Presiden Soeharto adalah presiden kedua di
Indonesia.
Dimasa pemerintahannya, pembangunan dilakukan disegala bidang. Karena itulah
beliau dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.
Presiden Soeharto
Presiden Soeharto adalah presiden kedua di
Indonesia.
Dimasa pemerintahannya, pembangunan dilakukan disegala bidang. Karena itulah
beliau dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.
Presiden
Soeharto mengundurkan diri, Presiden Soeharto meninggal
PRESIDEN SOEHARTO DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Presiden Soeharto yang akrab disapa Pak harto
adalah Presiden Indonesia yang kedua dan yang paling lama
berkuasa. Pak Harto menjabat sebagai presiden di Indonesia sejak 22 Februari
1967 hingga 21 Mei 1998 atau lebih dari 30 tahun. Selama masa pemerintahannya,
terdapat beberapa kebijakan yang positif maupun kontroversial yang mengiringi
masa pemerintahannya. Masa pemerintahan Pak Harto dikenal dengan nama Masa
Pemerintahan Orde Baru dengan Kabinet Pembangunan.
PEMBANGUNAN INDONESIA DI ERA PRESIDEN SOEHARTO
Berbeda dengan pendahulunya, Presiden Soekarno, Presiden
Soeharto bersikap lebih lunak terhadap tawaran pinjaman
modal dari negara-negara dan lembaga-lembaga donor seperti IMF dan World Bank.
Pinjaman utang tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan yang diakukan
pemerintahan Pak Harto. Program pembangunan ini disusun dalam Rapelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun) dan diwujudkan dalam Pelita (Pembanguan Lima Tahun).
Selain itu, dibuatlah GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) sebagai panduan
dalam pelaksanaan pembangunan. Pada masa pemerintahan Pak Harto, dibuat Industri
Pesawat Terbang Negara (IPTN), dicetuskan program Wajar 9 tahun (wajib belajar
9 tahun), pelaksanaan program Posyandu dan program KB, pembangunan sarana
transportasi seperti jalan dan rel kereta api, dan lainnya. Semua dilakukan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyat Indonesia.

Meski
nampak bertujuan baik, kebijakan pembangunan ala Presiden Soeharto ini bukan tanpa
cela. Pola pembangunan yang terlalu berpusat di Jawa atau Java Centris
nampaknya membuat iri daerah-daerah lain yang kaya akan sumber daya alam namun
masyarakatnya miskin, tidak terididik dan infrastrukturnya rusak. Karena itu,
muncullah bibit-bibit kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI seperti
GAM, OPM dan lainnya. Kelompok separatis ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup
sulit bagi pemerintahan selanjutnya, dimana sikap tegas yang diambil dapat
disalah artikan sebagai pelanggaran HAM. Selain itu, eksplorasi sumber daya
alam juga dapat merusak alam.
AKHIR MASA KEJAYAAN PRESIDEN SOEHARTO
Krisis ekonomi di Indonesia diawali dengan
melonjaknya harga minyak dunia. Akibatnya, anggaran untuk subsidi BBM pun
membengkak. APBN tidak kuat menanggung biaya subsidi, sementara utang Indonesia terus
membengkak. Untuk mengatasinya, Presiden Soeharto akhirnya memutuskan untuk
menaikkan harga BBM. Tindakan ini memicu demonstrasi mahasiswa dan rakyat
seccara massal dan teradi di berbagai daerah. Aksi ini diikuti penjarahan dan
tindakan kekerasan terhadap warga etnis minoritas keturunan China. Tindakan
represif pemerintah dan aparat militer tidak menyurutkan aksi mahasiswa.
Demonstrasi yang mendesak Pak Harto untuk lengser dari jabatannya semakin
menguat.

Akhirnya,
pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dan posisinya
kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Baharudin Jusuf Habibiee. Meski sudah
mundur, desakan-desakan yang menuntut pengadilan atas korupsi dan pelanggaran
HAM yang dilakukan Pak Harto dan keluarganya masih terus terjadi hingga akhir
hayatnya. Mantan Presiden Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008 karena
kegagalan organ multifungsi dan jenazahnya dimakamkan di Astana Giribangun,
Karanganyar. Sebagai seorang pemimpin, wajar kiranya terdapat kelompok yang pro
dan kontra terhadap kebijakan dan tindakan yang dilakukan Pak Harto. Meski
demikian, kita tetap harus menghormati Presiden Soeharto atas kontribusinya
dalam pembangunan di Indonesia.

Di hari-hari terakhirnya, Soeharto sempat juga memberi komentar kepemimpinan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal semacam ini dituturkan Mayjen
(Purn) Issantoso di sela-sela bedah buku 'Pak Harto The Untold Stories' di
Gramedia Matraman Raya, Jakarta,
Sabtu (19/11/2011) lalu.
" Saya sempat bertanya pada Pak Harto, kok jadi seperti ini saat ini. Pak
Harto katakan Bambang (SBY) itu pandai, namun sayang menterinya tak nyambung,
" tutur Mayjen (Purn) Issantoso.
Is menjelaskan Soeharto menilai SBY terlampau kompromistis dengan partai
pendukungnya untuk pengangkatan menteri. Banyak menteri dari parpol yang lalu
jadi tidak menurut. Harusnya SBY tentukan saja beberapa orang yang setia
padanya.
" Bila dari Demokrat ya banyak saja dari Demokrat, janganlah dari PPP atau
yang lain, " tutur Is, menirukan perkataan Soeharto waktu itu.
Tetapi rupanya Soeharto juga lupa, tidak selama-lamanya beberapa menterinya
juga setia.
Harmoko, BJ Habibie serta Ginandjar Kartasasmita yang berulang-kali jadi
menteri yang paling disayangi Soeharto juga pada akhirnya menentukan
berseberangan.
Bekas Presiden Soeharto telah wafat enam th. lalu, tetapi narasi perihal
penguasa Indonesia
sepanjang 32 th. itu tetap menarik untuk dikaji. Soeharto sempat mengkritik
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masalah menteri-menteri SBY yang dinilai tak
nyambung.
Lalu bagaimana caranya Soeharto menentukan menteri-menterinya?
Wartawan senior harian Suara Karya, B Wiwoho, mengungkap langkah Soeharto dalam
menyeleksi calon menterinya dalam buku 34 Wartawan Istana Bicara Perihal Pak
Harto terbitan UMB Press th. 2013.
Menurut Wiwoho, Soeharto mempunyai dua ujung tombak untuk menyaring calon
menteri yaitu, Pimpinan Operasi Spesial (OPSUS) Ali Murtopo serta Kepala Tubuh
Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN), Yoga Sugama. Bila satu waktu Soeharto
memerlukan menteri dari daftar itu, OPSUS serta BAKIN ditugaskan untuk mengecek
dengan cepat serta benar-benar rahasia dalam hitungan hari, tiada hiruk pikuk,
info perihal seorang yang bakal diambil jadi menteri.
" Umpamanya perihal siapa rekan tidur-sekasurnya (suami/istri), siapa
sedulur-seumur (saudara dekat), siapa rekan bergaulnya, apapun hobbynya,
bagaimana kisah perjuangannya terlebih rasa setia kawan-loyalitas pada pimpinan
serta senior, bagaimana sikap hidup serta kepribadiannya terlebih kejujuran
serta kemampuan pribadinya. Bagaimana pandangan hidup serta rekam jejaknya pada
harta, tahta serta wanita/pria, " kata Wiwoho (hal 75).
Wiwoho bercerita, menurut Ali Murtopo, Pak harto mempunyai feeling serta mata
batin yang kuat pada seorang. Menurut laporan intelijen serta feeling itu,
seluruhnya diolah dengan cara tertutup, serta Pak Harto mengambil kata akhir
dan putuskan sendiri pilihannya.
Beliau (Soeharto) mau benar-benar mengetahui dengan cara mendalam serta
meyakini tentang beberapa orang yang bakal ada di dekatnya untuk menolong
mengelola negara.
Artikel Selanjutnya
No comments:
Post a Comment