Sunday, 9 February 2014

Presiden Soeharto

PresidenSoeharto



 

Presiden Soeharto adalah presiden kedua di Indonesia. Dimasa pemerintahannya, pembangunan dilakukan disegala bidang. Karena itulah beliau dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.

Presiden Soeharto


Presiden Soeharto adalah presiden kedua di Indonesia. Dimasa pemerintahannya, pembangunan dilakukan disegala bidang. Karena itulah beliau dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.
Presiden Soeharto mengundurkan diri, Presiden Soeharto meninggal


PRESIDEN SOEHARTO DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Presiden Soeharto yang akrab disapa Pak harto adalah Presiden Indonesia yang kedua dan yang paling lama berkuasa. Pak Harto menjabat sebagai presiden di Indonesia sejak 22 Februari 1967 hingga 21 Mei 1998 atau lebih dari 30 tahun. Selama masa pemerintahannya, terdapat beberapa kebijakan yang positif maupun kontroversial yang mengiringi masa pemerintahannya. Masa pemerintahan Pak Harto dikenal dengan nama Masa Pemerintahan Orde Baru dengan Kabinet Pembangunan.

PEMBANGUNAN INDONESIA DI ERA PRESIDEN SOEHARTO

Berbeda dengan pendahulunya, Presiden Soekarno, Presiden Soeharto bersikap lebih lunak terhadap tawaran pinjaman modal dari negara-negara dan lembaga-lembaga donor seperti IMF dan World Bank. Pinjaman utang tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan yang diakukan pemerintahan Pak Harto. Program pembangunan ini disusun dalam Rapelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dan diwujudkan dalam Pelita (Pembanguan Lima Tahun). Selain itu, dibuatlah GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) sebagai panduan dalam pelaksanaan pembangunan. Pada masa pemerintahan Pak Harto, dibuat Industri Pesawat Terbang Negara (IPTN), dicetuskan program Wajar 9 tahun (wajib belajar 9 tahun), pelaksanaan program Posyandu dan program KB, pembangunan sarana transportasi seperti jalan dan rel kereta api, dan lainnya. Semua dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyat Indonesia.

Meski nampak bertujuan baik, kebijakan pembangunan ala Presiden Soeharto ini bukan tanpa cela. Pola pembangunan yang terlalu berpusat di Jawa atau Java Centris nampaknya membuat iri daerah-daerah lain yang kaya akan sumber daya alam namun masyarakatnya miskin, tidak terididik dan infrastrukturnya rusak. Karena itu, muncullah bibit-bibit kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI seperti GAM, OPM dan lainnya. Kelompok separatis ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup sulit bagi pemerintahan selanjutnya, dimana sikap tegas yang diambil dapat disalah artikan sebagai pelanggaran HAM. Selain itu, eksplorasi sumber daya alam juga dapat merusak alam.


AKHIR MASA KEJAYAAN PRESIDEN SOEHARTO

Krisis ekonomi di Indonesia diawali dengan melonjaknya harga minyak dunia. Akibatnya, anggaran untuk subsidi BBM pun membengkak. APBN tidak kuat menanggung biaya subsidi, sementara utang Indonesia terus membengkak. Untuk mengatasinya, Presiden Soeharto akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Tindakan ini memicu demonstrasi mahasiswa dan rakyat seccara massal dan teradi di berbagai daerah. Aksi ini diikuti penjarahan dan tindakan kekerasan terhadap warga etnis minoritas keturunan China. Tindakan represif pemerintah dan aparat militer tidak menyurutkan aksi mahasiswa. Demonstrasi yang mendesak Pak Harto untuk lengser dari jabatannya semakin menguat. 

Akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dan posisinya kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Baharudin Jusuf Habibiee. Meski sudah mundur, desakan-desakan yang menuntut pengadilan atas korupsi dan pelanggaran HAM yang dilakukan Pak Harto dan keluarganya masih terus terjadi hingga akhir hayatnya. Mantan Presiden Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008 karena kegagalan organ multifungsi dan jenazahnya dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar. Sebagai seorang pemimpin, wajar kiranya terdapat kelompok yang pro dan kontra terhadap kebijakan dan tindakan yang dilakukan Pak Harto. Meski demikian, kita tetap harus menghormati Presiden Soeharto atas kontribusinya dalam pembangunan di Indonesia.
Di hari-hari terakhirnya, Soeharto sempat juga memberi komentar kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal semacam ini dituturkan Mayjen (Purn) Issantoso di sela-sela bedah buku 'Pak Harto The Untold Stories' di Gramedia Matraman Raya, Jakarta, Sabtu (19/11/2011) lalu.

" Saya sempat bertanya pada Pak Harto, kok jadi seperti ini saat ini. Pak Harto katakan Bambang (SBY) itu pandai, namun sayang menterinya tak nyambung, " tutur Mayjen (Purn) Issantoso.

Is menjelaskan Soeharto menilai SBY terlampau kompromistis dengan partai pendukungnya untuk pengangkatan menteri. Banyak menteri dari parpol yang lalu jadi tidak menurut. Harusnya SBY tentukan saja beberapa orang yang setia padanya.

" Bila dari Demokrat ya banyak saja dari Demokrat, janganlah dari PPP atau yang lain, " tutur Is, menirukan perkataan Soeharto waktu itu.

Tetapi rupanya Soeharto juga lupa, tidak selama-lamanya beberapa menterinya juga setia.

Harmoko, BJ Habibie serta Ginandjar Kartasasmita yang berulang-kali jadi menteri yang paling disayangi Soeharto juga pada akhirnya menentukan berseberangan.

Bekas Presiden Soeharto telah wafat enam th. lalu, tetapi narasi perihal penguasa Indonesia sepanjang 32 th. itu tetap menarik untuk dikaji. Soeharto sempat mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masalah menteri-menteri SBY yang dinilai tak nyambung.

Lalu bagaimana caranya Soeharto menentukan menteri-menterinya?

Wartawan senior harian Suara Karya, B Wiwoho, mengungkap langkah Soeharto dalam menyeleksi calon menterinya dalam buku 34 Wartawan Istana Bicara Perihal Pak Harto terbitan UMB Press th. 2013.

Menurut Wiwoho, Soeharto mempunyai dua ujung tombak untuk menyaring calon menteri yaitu, Pimpinan Operasi Spesial (OPSUS) Ali Murtopo serta Kepala Tubuh Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN), Yoga Sugama. Bila satu waktu Soeharto memerlukan menteri dari daftar itu, OPSUS serta BAKIN ditugaskan untuk mengecek dengan cepat serta benar-benar rahasia dalam hitungan hari, tiada hiruk pikuk, info perihal seorang yang bakal diambil jadi menteri.

" Umpamanya perihal siapa rekan tidur-sekasurnya (suami/istri), siapa sedulur-seumur (saudara dekat), siapa rekan bergaulnya, apapun hobbynya, bagaimana kisah perjuangannya terlebih rasa setia kawan-loyalitas pada pimpinan serta senior, bagaimana sikap hidup serta kepribadiannya terlebih kejujuran serta kemampuan pribadinya. Bagaimana pandangan hidup serta rekam jejaknya pada harta, tahta serta wanita/pria, " kata Wiwoho (hal 75).

Wiwoho bercerita, menurut Ali Murtopo, Pak harto mempunyai feeling serta mata batin yang kuat pada seorang. Menurut laporan intelijen serta feeling itu, seluruhnya diolah dengan cara tertutup, serta Pak Harto mengambil kata akhir dan putuskan sendiri pilihannya.

Beliau (Soeharto) mau benar-benar mengetahui dengan cara mendalam serta meyakini tentang beberapa orang yang bakal ada di dekatnya untuk menolong mengelola negara.

Artikel Selanjutnya 

Presiden B.J Habibie

No comments:

Post a Comment